Pada zaman dahulu, berdirilah sebuah kerajaan sangat besar bernama Prambanan. Rakyat Kerajaan Prambanan hidup dengan makmur dan damai di bawah kepemimpinan raja dengan wujud raksasa yang bernama Prabu Baka.
Sementara itu, di wilayah lain terdapat satu kerajaan yang tidak kalah besar dari Kerajaan Prambanan, nama kerajaan itu adalah Kerajaan Pengging. Raja Pengging adalah seorang raja yang terkenal dengan sifatnya yang rakus dan senang memeras rakyatnya. Raja Pengging hanya senang memikirkan dirinya sendiri tanpa melihat apakah rakyatnya makmur atau tidak. Raja Pengging juga memiliki seorang patih yang sangat setia pada dirinya, patih ini selalu mengikutinya dan menuruti keinginannya. Nama patihnya adalah Patih Gupala.
Kerajaan Pengging juga memiliki kesatria sakti bernama Bondowoso. Bondowoso memiliki senjata yang sangat kuat dan pasukan jin. Bondowoso lebih dikenal sebagai Bandung Bondowoso.
Suatu Ketika Raja Pengging memerintahkan Bandung Bondowoso untuk menyerang Kerajaan Prambanan.
Esok harinya, bandung Bondowoso memanggil seluruh bala tentara jinnya dan berangkat ke Kerajaan Prambanan. Setiba di Kerajaan Prambanan, Bandung Bondowoso dan bala tentara langsung menyerbu masuk ke dalam Kerajaan Prambanan. Tanpa adanya persiapan membuat Raja Baka dan pasukannya kalang kabut, dan para perang ini membuat Prabu Baka dan pasukannya tewas. Akhirnya Bandung Bondowoso berhasil menduduki Kerajaan Prambanan.
Saat Bandung Bondowoso berhasil masuk ke dalam istana Prabu Baka, ia merasa terkejut karena ia melihat seorang gadis yang sangat cantik. Ternyata, gadis itu adalah Roro Jonggrang, putri dari Prabu Baka. Bandung Bondowoso sangat tidak menyangka jika Prabu Baka yang berwujud raksasa itu memiliki putri yang sangat cantik. Tanpa memakan waktu yang lama, Bandung Bondowoso sudah jatuh cinta dengan Roro Jonggrang.
Bandung Bondowoso tidak bisa berhenti memikirkan kecantikan Roro Jonggrang. Bahkan, ia sampai tidak bisa tidur karena ia sangat ingin meminang Roro Jonggrang. Keesokan harinya, Bandung Bondowoso pun memberanikan diri bertanya pada Roro Jonggrang untuk memperistrinya.
“Wahai Roro Jonggrang yang cantik jelita, bersediakah engkau menjadi permaisuriku?” tanya Bandung Bondowoso kepada Roro Jonggrang.
Mendengar pertanyaan tersebut membuat Roro Jonggrang terdiam dan bingung. Ia sangat benci melihat Bandung Bondowoso yang telah membunuh ayahhanda yang sangat ia cintainya dan membuat rakyat Kerajaan Prambanan sengsara. Dengan tegas, Roro Jonggrang menolak pinangan Bandung Bondowoso.
Mendengar penolakan itu, Bandung Bondowoso tidak terima. Ia pun mengancam Roro Jonggrang.
“Jika kamu tidak mau menikah denganku, hidupmu akan sengsara. Semua penduduk desa pun akan kubuat menderita.” ancam Bandung Bondowoso.
Seketika, Roro Jonggrang menjadi ragu.
“Aku izinkan kamu berpikir terlebih dahulu.” ucap Bandung Bondowoso.
Namun ia juga takut untuk menolak lagi lamaran Bandung Bondowoso. Akhirnya setelah Roro Jonggrang berfikir sejenak, ia menemukan satu cara agar Bandung Bondowoso tidak jadi untuk menikahinya.
“Baiklah aku menerima lamaranmu, Bandung Bondowoso. Namun kamu harus memenuhi satu syarat dariku.” jawab Roro Jonggrang.
“Apakah Syaratmu itu wahai Roro Jonggrang?” tanya Bandung Bondowoso.
“Buatkan aku seribu candi dan dua buah sumur dalam satu malam.” jawab Roro Jonggrang memberikan syarat yang ia minta.
Bandung Bondowoso pun langsung menyanggupi keinginan Roro Jonggrang. Tanpa membuang waktu, Bandung Bondowoso langsung menggali tanah untuk membuat sumur. Dalam waktu yang singkat, sebuah sumur dengan aliran air yang deras sudah jadi. Melihat itu, Roro Jonggrang mulai gelisah, ia pun harus memikirkan cara bagaimana Bandung Bondowoso gagal dalam misi ini.
Bandung Bondowoso pun langsung melakukan syarat yang kedua, membangun 1.000 candi. Bandung Bondowoso tahu ia tidak akan bisa menyelesaikan hal ini hanya dalam waktu satu malam. Akhirnya, ia meminta bantuan dari para makhluk halus untuk membantunya membuat candi. Ribuan makhluk halus pun datang atas permintaannya dan mulai membuat candi. Roro Jonggrang menjadi sangat gelisah, ia melihat 999 candi sudah berdiri tegak.
Setelah berpikir keras, akhirnya membuahkan hasil yakni sebuah ide yang sangat cemerlang. Ia akan membuat suasana menjadi seperti pagi, dengan begitu para jin akan berhenti membuat candi karena hari sudah pagi. Roro Jonggrang pergi untuk mengumpulkan para dayang-dayang yang ada di dalam istana Prambanan. Para dayang-dayang tersebut ia beri tugas untuk membakar jerami, membunyikan lesung dan menaburkan bunga berbau semerbak mewangi. Lalu, suara ayam pun mulai berkokok juga. Para makhluk halus itu langsung pergi karena mengira hari sudah pagi.
Bandung Bondowoso pun gagal memenuhi syarat yang diberikan Roro Jonggrang untuk menikahi putri Prabu Baka tersebut. Mengetahui kegagalan Bandung Bondowoso dalam membuatkannya seribu candi dan dua sumur, membuat Roro Jonggrang sangat bahagia dan menghampiri Bandung Bondowoso. Ia berkata “Kamu gagal memenuhi syarat dariku, Bandung Bondowoso.”
Bandung Bondowoso sangat marah dan kesal karena sudah ditipu oleh Roro Jonggrang. Bandung Bondowoso pun tidak bisa menahan amarahnya. Dengan emosi yang sudah tidak bisa dibendung lagi, Bandung Bondowoso berkata, “Kamu yang curang Roro Jonggrang, kamulah yang menggagalkan pembangunan seribu candi yang sedang aku bangun. Untuk itu aku kutuk kamu menjadi arca yang ada di dalam candi keseribu!!!!”
Kini, candi itu bernama Candi Roro Jonggrang dan dapat ditemui di Candi Prambanan.
Pesan Moral Cerita Roro Jonggrang
Pesan moral dari cerita Roro Jonggrang adalah perbuatan curang adalah perbuatan yang tidak baik dan akan membuat mu rugi.